Mengemudi adalah sebuah keterampilan yang perlu diasah dengan pengalaman, kewaspadaan, serta pemahaman akan aturan lalu lintas. Namun, bagi pengemudi pemula, seringkali terdapat kebiasaan buruk yang tanpa sadar dilakukan dan berpotensi memicu kecelakaan lalu lintas. Kesalahan-kesalahan ini kerap dianggap sepele, padahal dampaknya bisa sangat fatal. Dalam artikel ini, kami akan membongkar 7 kebiasaan buruk yang paling sering dilakukan oleh pengemudi pemula, serta memberikan solusi praktis agar Anda bisa menghindarinya. Yuk, simak dan jadikan diri Anda pengemudi yang lebih aman dan bijaksana di jalanan!
1. Mengabaikan Penggunaan Sabuk Pengaman
Sabuk pengaman dirancang untuk melindungi nyawa. Sayangnya, banyak pengemudi pemula yang masih menyepelekan pentingnya penggunaan sabuk pengaman. Data dari WHO mencatat bahwa sabuk pengaman bisa mengurangi risiko kematian akibat kecelakaan mobil hingga 50% bagi pengemudi dan penumpang depan. Ini bukan sekadar ikat pinggang otomatis; ini adalah penyelamat jiwa.
Salah satu penyebab pengabaian ini adalah perasaan tidak nyaman atau tekanan dari teman sebaya yang menganggap itu “berlebihan”. Namun, mindset seperti ini harus diubah. Anda bisa mulai dengan menyesuaikan sabuk pengaman sedemikian rupa agar tidak mengganggu posisi mengemudi dan tetap nyaman. Gunakan clip penahan sabuk jika perlu agar tidak terlalu menekan dada.
Tips: Jadikan mengenakan sabuk pengaman sebagai bagian dari rutinitas awal sebelum menyalakan mesin kendaraan, sama pentingnya dengan memeriksa kaca spion atau posisi duduk.
2. Tidak Menyalakan Lampu Sein Saat Berbelok
Kebiasaan ini sering diremehkan oleh pemula dengan alasan “tidak ada kendaraan di belakang” atau “cuma belok sebentar.” Namun, lampu sein bukan hanya untuk kendaraan di belakang, tapi juga memberi tahu pengguna jalan lainnya, termasuk pejalan kaki, kendaraan dari arah berlawanan, dan pengendara di persimpangan tentang niat Anda untuk berbelok.
Padahal, menurut data Korlantas Polri, sekitar 35% kecelakaan di persimpangan disebabkan karena kurangnya komunikasi lewat lampu sein. Hal ini bisa menimbulkan kesalahpahaman yang fatal. Bahkan, di beberapa negara maju, pelanggaran tidak menggunakan lampu sein bisa dikenai denda yang berat.
Solusi: Jadikan lampu sein sebagai bagian dari refleks berkendara Anda. Jangan tunggu sampai mendekati tikungan baru menyalakannya. Idealnya, nyalakan sein setidaknya 30 meter sebelum belokan.
3. Mengemudi Sambil Mengoperasikan Ponsel
Menggunakan ponsel saat mengemudi adalah penyebab utama distraksi di jalan. Menurut Kementerian Perhubungan, lebih dari 20% kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada 2022 disebabkan oleh pengemudi yang terdistraksi oleh perangkat elektronik — termasuk ponsel.
Pengemudi pemula sering kali merasa kemampuan multitasking mereka cukup untuk menanggapi pesan sambil tetap fokus di jalan. Kenyataannya, otak manusia tidak dirancang untuk memproses dua tugas kompleks secara bersamaan saat kecepatan tinggi. Reaksi melambat, konsentrasi menurun, dan risiko meningkat.
Solusi praktis: Gunakan mode “Do Not Disturb While Driving” atau aktifkan fitur auto-reply saat berkendara. Jika memang harus menggunakan navigasi, siapkan arah sebelum berkendara, lalu aktifkan voice navigation agar tidak terganggu membaca layar.
4. Mengemudi Agresif karena Terlambat
Kebiasaan ngebut karena terburu-buru adalah jebakan maut bagi pengemudi baru. Dalam upaya mengejar waktu, banyak pemula akhirnya menerobos lampu merah, tidak memberi jalan kepada pejalan kaki, atau memotong jalur kendaraan lain. Tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi pengguna jalan lainnya.
Data dari Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 2023 menyebutkan bahwa agresivitas pengemudi menjadi faktor utama kecelakaan fatal di Jakarta. Bahkan, pengemudi agresif lebih tinggi kemungkinannya terlibat tabrakan dibanding pengemudi dengan perilaku normal.
Saran: Berangkatlah lebih awal, siapkan waktu lebih banyak, dan tanamkan dalam pikiran bahwa keselamatan lebih penting daripada keterlambatan.
5. Tidak Memperhatikan Blind Spot
Blind spot atau titik buta pada kendaraan bisa dengan mudah menyebabkan tabrakan jika pengemudi tidak memeriksanya sebelum berpindah jalur. Pengemudi pemula sering kali hanya mengandalkan kaca spion dan mengabaikan pandangan secara langsung ke arah samping.
Meskipun hampir semua mobil modern kini dilengkapi indikator blind spot, banyak pengendara yang tidak memahami cara menggunakannya secara efektif. Bahkan untuk motor, blind spot juga tetap menjadi ancaman besar karena ukurannya yang kecil dan sering “menghilang” dari pandangan spion kendaraan.
Langkah Pemula: Biasakan untuk menoleh sedikit ke samping kiri atau kanan dengan cepat sebelum ganti jalur. Ini bisa menghindari kecelakaan dengan kendaraan yang tidak terlihat di spion.
6. Mengemudi dalam Kondisi Lelah
Kondisi fisik dan mental sangat memengaruhi kemampuan mengemudi. Pengemudi pemula yang memaksakan diri untuk terus berkendara dalam kondisi lelah sangat rentan mengalami micro-sleep atau kehilangan kesadaran secara singkat di belakang kemudi.
Studi dari National Safety Council menunjukkan bahwa efek mengemudi dalam keadaan sangat lelah serupa dengan mengemudi dalam keadaan mabuk. Anda bisa kehilangan kendali, kesulitan merespon kondisi lalu lintas, dan mudah panik dalam situasi darurat.
Tips Jitu: Jika merasa lelah, jangan ragu untuk berhenti sejenak. Parkirkan kendaraan di rest area, tidur sebentar 15–20 menit, atau minum air dingin untuk meningkatkan kesadaran.
7. Meremehkan Kecepatan Aman
Batas kecepatan bukan hanya angka sembarang yang dipasang di rambu jalan. Batas tersebut disesuaikan dengan kondisi jalan, kepadatan lalu lintas, dan jarak pandang yang aman bagi pengemudi. Namun, banyak pemula yang merasa percaya diri berlebihan sehingga melaju lebih cepat dari batas wajar.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, pelanggaran batas kecepatan menyumbang sekitar 18% dari total kecelakaan di jalan tol pada tahun 2023. Kecepatan tinggi membuat pengemudi tidak sempat bereaksi ketika kondisi darurat terjadi, seperti pengereman mendadak atau kendaraan tiba-tiba berhenti di depan.
Solusi: Gunakan cruise control (jika ada) untuk menjaga kecepatan stabil. Pahami bahwa “cepat” belum tentu “tepat” jika tidak sesuai dengan kondisi jalan atau kemampuan kendaraan.
FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Keselamatan Pengemudi Pemula
1. Apakah semua pengemudi pemula pasti berisiko tinggi mengalami kecelakaan?
Tidak selalu. Dengan pelatihan, kesadaran, dan disiplin, risiko bisa ditekan hingga sangat kecil.
2. Bagaimana cara belajar mengemudi aman secara efektif?
Mulailah dari tempat sepi, praktikkan teknik dasar seperti parkir dan pengereman, lalu lanjutkan dengan simulasi situasi nyata.
3. Berapa lama waktu ideal belajar jadi pengemudi handal?
Tergantung masing-masing individu. Umumnya dibutuhkan minimal 3–6 bulan latihan rutin dan evaluasi dari mentor berpengalaman.
4. Apakah mengemudi lebih berisiko di malam hari?
Ya, apalagi bagi pemula. Pandangan terbatas, refleks lebih lambat, serta potensi pengemudi mabuk di jalan bisa menambah risiko.
5. Apakah ada aplikasi atau teknologi yang bisa bantu meningkatkan keselamatan pengemudi pemula?
Ada. Beberapa aplikasi seperti “Waze” untuk navigasi, “Drivemode” untuk hands-free mode, dan fitur di mobil seperti lane assist dan automatic braking sangat membantu.
Kesimpulan
Menghindari kecelakaan bukan hanya soal keahlian teknis dalam mengemudi, melainkan juga soal membentuk kebiasaan dan attitude yang benar saat berkendara. Melihat dari ke-7 kebiasaan buruk pengemudi pemula yang telah dibahas di atas, sebagian besar bisa Anda hindari dengan pembiasaan sederhana dan komitmen terhadap keselamatan. Tidak ada salahnya menjadi ekstra hati-hati di jalan, karena satu kesalahan kecil bisa berdampak besar, baik bagi Anda maupun pengguna jalan lain.
Mulailah dengan mengutamakan keselamatan dalam setiap perjalanan Anda. Pastikan Anda menghapus kebiasaan tidak menggunakan sabuk, mengoperasikan ponsel saat mengemudi, atau mengabaikan lampu sein. Semakin sadar Anda akan risiko, semakin Anda bertanggung jawab sebagai pengemudi.
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi dan bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya sudah cukup aman dan bertanggung jawab di jalan?” Jika belum, tidak ada kata terlambat untuk berubah. Lakukan perbaikan dari sekarang dan jadilah bagian dari komunitas pengemudi yang bijak!
Motivasi penutup: Menjadi pengemudi bukan hanya tentang membawa kendaraan, tapi juga tentang membawa keputusan bijak di setiap detik di jalan raya. Yuk, jadikan jalanan Indonesia lebih aman dimulai dari diri kita sendiri. 🚗
Apakah kamu sudah menghindari semua kebiasaan buruk di atas? Coba ceritakan pengalamanmu di kolom komentar ya!
Sumber: WHO, Kemenhub, JICA, Korlantas Polri, National Safety Council, otomotifo.com
Kunjungi Otomotifo untuk info otomotif terkini lainnya